Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi
dan Ilmu Komputer
e-ISSN: 2548-964X
Vol. 2, No. 8, Agustus 2018,
hlm. 2442-2448
http://j-ptiik.ub.ac.id
Perbandingan Kinerja Protocol Routing Open Shortest Path First (OSPF)
dan Routing Information
Protocol (RIP) Menggunakan Simulator Cisco
Packet Tracer
Wahyu
Sasongko Jati1, Heru
Nurwasito2, Mahendra
Data3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Abstrak
Routing merupakan hal yang sangat penting
untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat
dan mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda. Algoritma routing
mempengaruhi proses pengiriman sebuah paket dan juga jaringan yang ada pada routing tersebut. Dalam sebuah
topologi jaringan untuk mengirimkan data digunakan berbagai protokol routing.
OSPF dengan
algoritma link-state dan RIP yang menggunakan algoritma distance vector termasuk protokol routing yang sering
digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja dari protokol routing OSPF dan RIP pada jaringan LAN. Dengan membandingkan dan menganalisa waktu tempuh yang dibutuhkan protokol routing tersebut dalam mengirimkan sejumlah
paket data yang berbeda, kita dapat mengetahui protokol routing mana yang tercepat pada topologi yang telah didesain. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa protokol routing OSPF lebih cepat dalam
melakukan pengiriman paket data dengan melihat hasil dari waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mengirimkan sejumlah paket data yang
ditentukan.
Kata kunci: Routing, OSPF, RIP, Topologi, Cisco Packet Tracer
Abstract
Routing is very important for the process of taking a packet from a device and sending it through the
network to another device on a different network. The routing algorithm affects the sending process of a packet and
also
the network that exists on the routing. In
a network topology
to transmit data
is used a variety of routing protocols. OSPF
with link-state algorithms and RIP using distance vector algorithms is the most of popular used routing protocols. This study
was
conducted to compare the
performance of the OSPF
and RIP routing protocols on LAN networks. By comparing and analyzing
the
required travel time of the routing protocol in sending a number of different
data
packets, we can know
which routing protocol is the fastest on topology that has been designed. From the results of the
study can be concluded that the OSPF routing protocol faster in the delivery of data packets by looking
at the
results of the travel time required to deliver a specified
number of data packets.
Keywords: Routing, OSPF, RIP, Topologi, Cisco Packet Tracer
1. PENDAHULUAN
Semakin besar suatu jaringan maka
manajemen jaringan akan menjadi kompleks dan rumit, sehingga diperlukan manajemen jaringan
dan proses routing yang tepat untuk menentukan
jalur
tercepat dan
terdekat untuk mengirimkan pesan tersebut sampai ketujuan. Proses pemilihan
route dari komputer asal ke komputer tujuan inilah
yang
disebut routing. Dalam perutean tersebut terdapat protokol
routing bertujuan untuk
mengatur router dalam melakukan proses routing
tersebut, baik secara statis maupun dinamis
routing harus didesain secara efisien (PENGARUH MODEL JARINGAN TERHADAP OPTIMASI
ROUTING
OPEN
SHORTEST PATH FIRST (OSPF), 2011). Saat menggunakan statis routing
dilakukan secara
manual dengna cara entry
oleh
administrator, sedangkan dinamis routing penentuan route
dilakukan secara otomatis sesuai informasi ip
network yang diterima router. Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First
(OSPF) merupakan routing yang bersifat dinamis.
Open Shortest Path First (OSPF) adalah routing
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas
Brawijaya
2442
protokol berjenis Interior Gateway Protocol (IGP) yang bersifat terbuka, dengan kata lain siapapun, perangkat manapun,diamanapun
dapat kompatibel
dan
di implementasikan. Dengan menggunakan
konsep hirarki routing, yaitu membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan diwujudkan
dengan menggunakan
sistem pengelompokan area, penyebaran
informasinya
menjadi lebih teratur dan
tersegmentasi. Efek dari hirarki routing ini adalah
jaringan yang
penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi dan juga
lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik. OSPF
adalah routing protokol yang menggunakan
teknologi link State yang memang didesain untuk bekerja dengan
sangat efisien dalam proses pengiriman update informasi rute. Hal
ini menjadi sangat cocok untuk dikembangkan menjadi network berskala besar (Gerry, 2012).
Routing Information
Protocol
(RIP)
merupakan
salah satu distance
vector routing, yang
melakukan advertise informasi routing
dengan jalan mengirim routing update keluar
melaui interface
pada
router. Informasi update
ini
berisi sederetan
informasi yang mewakili subnet dan
sebuah metrik. Metrik
mewakili seberapa bagus rute /
jalur menurut perspective
router tersebut,
dengan semakin kecil harga
metric
semakin
bagus jalur tersebut (Daniel,
2015).
Semua router yang menerima
salinan routing update distance vector routing menerima informasi tersebut dan
mungkin
saja
menambahkan beberapa jalur dalam routing tabelnya. Router penerima
akan menambahkan
jalur baru mengenai subnet ini berdasarkan
routing update ini
hanya jika dia tidak mempunyai informasi
tentang route / jalur
ini
sebelumnya atau dia sudah mengetahui route
ini
akan
tetapi informasi baru
ini ternyata mempunyai informasi rute yang lebih bagus (metric
lebih kecil). RIP menggunakan metode
Triggered Update, yang
memiliki timer untuk mengetahui kapan
router harus kembali memberikan
informasi
routing.
Router akan tetap mengirimkan
informasi routing,
meskipun
terjadi perubahan pada jaringan dan timer belum habis. Routing menggunakan RIP tidak begitu rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat
diterima, terlebih
jika
jarang
terjadi kegagalan link jaringan.
Dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan
2 protokol routing yaitu OSPF
dan RIP. Penelitian yang akan dilakukan adalah
dengan menganalisa kinerja performa dari kedua protokol
routing tesebut dengan
melakukan
pengiriman sejumlah paket data yang
telah
disesuaikan agar mendapatkan hasil yang
diinginkan.
2. ROUTING
Routing adalah proses menentukan rute dari host
asal ke
host
tujuan. Routing merupakan proses memindahkan data dari satu network
ke network lain dengan cara mem-forward paket data via gateway. Routing menentukan
kemana datagram
akan
dikirim agar mencapai tujuan
yang
diinginkan (mrizqiariadi, 2014), Informasi yang dibutuhkan router dalam melakukan routing
yaitu:
1. Alamat tujuan/ destination address.
2. Mengenal sumber informasi.
3. Menemukan rute.
4. Pemilihan rute
5. Menjaga informasi routing
Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang kemudian ditempatkan pada tabel routing.
Router akan berpatokan
pada
tabel ini, untuk memberitahu port yang akan
digunakan untuk
meneruskan paket ke alamat tujuan.
2.1
Open
Shortest Path First
(OSPF)
OSPF bekerja
berdasarkan algoritma
Shortest Path
First yang dikembangkan berdasarkan algoritma Dijkstra. Sebagai Interior Gateway protocol (IGP). Interior Gateway protocol
atau Interior Routing Protokol
dikembangkan untuk
menghubungkan router-
router
dibawah kendali administrator jaringan
(Sofana, 2008). OSPF
mendistribusikan informasi routing-nya di dalam
router-router
yang tergabung ke dalam suatu AS. AS adalah
jaringan yang
dikelola oleh administrator
setempat. OSPF menggunakan protokol
routing link-state, didesain untuk bekerja dengan sangat
efisien dalam proses
pengiriman update
informasi rute.
OSPF merupakan protokol
alternatif untuk menutupi kelemahan RIP. OSPF juga merupakan protokol routing yang menggunakan prinsip multipath (multi
path
protokol) dapat mempelajari berbagai rute dan
memilih lebih dari satu rute ke host tujuan. OSPF digunakan
bersamaan
dengan
IP,
maksudnya
paket OSPF dikirim
bersamaan dengan header
paket data IP. Setiap router OSPF mempunyai database
yang identik yang menggambarkan
topologi suatu Autonomous System yang disebut dengan Link State database
(Topological
database). Dari database ini, perhitungan Shortest
Path First dilakukan untuk membentuk
Routing
Tabel. Perhitungan ulang terhadap Shortest Path
First dilakukan apabila terjadi perubahan
pada topologi jaringan. OSPF memungkinkan
beberapa jaringan untuk dikelompokkan bersama. Pengelompokkan seperti ini dinamakan dengan area dan topologinya tersembunyi dari seluruh
AS. Informasi yang tersembunyi
ini
memungkinkan penurunan traffic routing.
Dengan menggunakan konsep area
sistempenyebaran informasinya menjadi lebih teratur
dan tersegmentasi.
Dengan
adanya
distribusi routing
yang teratur,
maka penggunaan bandwidth akan
lebih efisien, lebih cepat mencapai konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute terbaik dalam mengirim paket (Syafrizal, 2008).
Gambar 1 Contoh topologi sederhana OSPF
2.2
Routing Information Protocol
(RIP)
Rip merupakan salah
satu
distance vector
routing, yang melakukan advertise informasi
routing dengan jalan mengirim routing update keluar melaui
interface pada router. Informasi
update ini berisi sederetan
informasi yang mewakili subnet dan sebuah metric.
Metric mewakili seberapa bagus rute / jalur menurut perspective router
tersebut,
dengan semakin kecil harga metric semakin
bagus jalur tersebut.
Semua router yang
menerima salinan
routing update distance vector routing menerima informasi tersebut dan
mungkin saja menambahkan beberapa
jalur
dalam routing tabelnya. Router penerima
akan menambahkan
jalur baru mengenai subnet ini berdasarkan
routing update ini
hanya jika dia tidak mempunyai informasi
tentang route / jalur
ini
sebelumnya atau dia sudah mengetahui route ini akan tetapi informasi baru
ini ternyata mempunyai informasi rute yang lebih bagus (metric lebih kecil). Dalam routing update jika tidak menyertakan subnet mask dalam
informasinya,maka disebut
sebagai
classfull
routing. Classfull routing tidak support VLSM
(variable length subnet mask). RIP menggunakan jumlah hop sebagai ukurang
metric, yang artinya jika ada dua router antara si router dengan subnet yang
dituju, maka
metricnya adalah 2
untuk subnet tersebut.
Gambar 2 Contoh topologi sederhana RIP
RIP-2 mendukung VLSM seperti halnya
dengan protocol link-state lainnya misalnya OSPF,EIGRP, yang menjadikannya menjadi
protocol routing classless. Mentransmisikan
subnet mask bersama dengan route. Fitur ini memungkinakn VLSM dengan memasukan mask bersama setiap route update sehingga subnet mask didefinisikan dengan
tepat (routing
protocol classless).
Memberikan proses
authentication. Bisa
menggunakan baik clear
text password dan juga encryption MD5 (yang merupakan tambahan fitur Cisco) untuk authentication
source dari routing update. Mengikutsertakan IP address hop
router berikutnya dalam routing
update-nya. Sebuah
router dapat meng-advertisekan sebuah router tapi mengarahkan setiap
listener kepada suatu router yang berbeda pada subnet yang sama. RIP
bisa
meneruskan informasi mengenai route yang
dipelajari
dari sumber external dan mendistribusikannya kedalam RIP. Menggunakan tag
route external. Router yang
lain kemudian meneruskan external tag
ini kepada protocol yang sama tadi kedalam
bagian
jaringan yang
berbeda, sehingga secara efektif membantu protocol routing
lainnya juga meneruskan
informasi
ini. Menggunakan
routing update multicast. 224.0.09 merupakan
IP address yang dicadangkan khusus untuk RIP-
2. Hal ini mengurangi jumlah processing
yang
dibutuhkan pada
host-host yang tidak
memakai
RIP
pada subnet yang sama (Fadly, 2012).
3. SKENARIO PENGUJIAN
Dalam
scenario pengujian ini akan
dilakukan desain topologi yang disesuaikan akan
digunakan dalam pengiriman paket data dan juga
update routing tabel. Terdapat juga skenario dalam
pengiriman paket dan, dan yang terakhir skenario dalam melakukan update routing tabel.
3.1 Desain
Topologi
Gambar 3 Desain Topologi
Pada desain topologi yang digunakan
terdapat 5 buah router, yang masing – masing
router tersebut dihubungan dengan hub yang
nantinya akan dihubungkan ke
beberapa PC. Dengan mengadaptasi dari
topologi cincin, masing – masing
router terhubung
ke dua
titik
lainnya, sehingga membentuk jalur melingkar memebentuk cincin.
Tetapi disini ada yang
berbeda, yaitu router yang berada ditengah nanti akan dapat berhubungan dengan router lainnya
dengan route tersendiri.
Untuk
menghubungkan antar router menggunakan kabel serial,
router dengan hub lalu hub dengan PC menggunakan kabel
Copper Straight-Through. Pada
topologi ini menggunakan teknik subnetting IPv4.
3.2 Pengiriman Paket Data
Pada saat pengiriman paket
data dilakukan
menggunakan metode simulation agar dapat terlihat jalur pengiriman paket data yang dilakukan. Paket data yang dikirimkan haruslah
dapat menguji kinerja
jaringan secara maksimal maka digunakanlah 3 besaran paket data, yaitu
4000bit (minimum), 8000bit (sedang), dan
15000bit (maksimum). Untuk menghindari besaran
waktu pengiriman paket
yang tidak
valid,
akan mengnonaktifkan constant delay.
3.3 Update Routing
Tabel
Pengiriman sebuah paket
menggunakan
tools
Simple PDU yang berada dibagian sebelah
kanan pada simulator Cisco Packet Tracer.
Saat melakukan pengiriman sebuah paket data tersebut akan mengnonaktifkan
salah satu router yang berada dalam rute pengiriman paket data
tersebut. Akan terlihat berapa lama waktu yang dibutuhkan protokol routing untung
melakukan update routing tabel yang baru. Membandingkan
waktu yang di peroleh protokol routing
OSPF
dan RIP dalam melakukan proses update routing
tabel yang bertujuan untuk kinerja dari protokol routing tersebut.
4. IMPLEMENTASI PENGUJIAN
Setelah melakukan skenario pengujian,
selanjutnya
adalah
melakukan implementasi sesuai dengan
skenario
yang telah dibuat.
4.1
Pengujian Pengiriman Paket Data
Dengan
menggunakan
Traffic Generator yang ada
pada setiap PC, akan
mengirimkan
paket Internet Control Message Protocol (ICMP)
dengan sejumlah paket data yang berbeda. Paket
data
yang akan dikirimkan yaitu 4000bit,
8000bit,
13000bit.
4.1.1
Pengiriman Paket Data
4000bit
Pengujian pengiriman
paket data yang pertama
dilakukan dengan
mengirimkan paket
data sebesar 4000bit.
Berikut adalah tabel dari
pengujian pertama:
Tabel 1 Waktu pengiriman paket data 4000bit
Source IP (PC)
|
Destination IP (PC)
|
Time (Second)
|
||
RIP
|
OSPF
|
|||
192.168.1.2
|
192.168.12.2
|
0.119
|
0.11
8
|
|
192.168.1.3
|
192.168.100.3
|
0.113
|
0.11
4
|
|
192.168.1.4
|
192.168.12.4
|
0.119
|
0.11
8
|
|
192.168.12.3
|
10.10.23.3
|
0.112
|
0.11
2
|
|
192.168.8.2
|
10.10.23.2
|
0.075
|
0.07
3
|
|
192.168.8.4
|
192.168.100.4
|
0.074
|
0.07
1
|
|
10.10.23.4
|
192.168.12.4
|
0.112
|
0.12
|
|
192.168.100.
|
192.168.1.2
|
0.121
|
0.11
|
|
2
|
4
|
|||
Average
|
0.10562
|
0.10
|
||
5
|
5
|
|||
Difference
|
0.000625
|
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata – rata
pengiriman dengan
menggunakan
protokol routing
OSPF lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan protokol RIP. Dengan data pada tabel 1
juga terlihat bahwa selisih waktu
saat pengiriman menggunakan protokol routing RIP hanya berbeda sangat sedikit dengan waktu saat
pengiriman menggunakan protokol routing
OSPF. Perbedaan waktu rata – rata kedua
protokol routing tersebut adalah 0.0000625
second.
4.1.2
Pengiriman Paket Data
8000bit
Pengujian pengiriman
paket data yang kedua dilakukan dengan mengirimkan paket data
sebesar 8000bit. Berikut adalah tabel dari pengujian kedua:
|
Tabel 2 Waktu pengiriman paket data 8000bit
10.10.23.4
|
192.168.12.4
|
0.344
|
0.341
|
192.168.100
.2
|
192.168.1.2
|
0.345
|
0.343
|
Average
|
0.3077
5
|
0.30437
5
|
|
Difference
|
0.003375
|
Pada pengujian
terakhir menggunakan
paket data sebesar
13000bit juga menunjukan
bahwa protokol routing OSPF sedikit lebih cepat
dalam mengirimkan
paket data. Pada tabel
3
menunjukan peningkatan selisih waktu
pengiriman dari
pengiriman paket data
sebelumnya. Dengan rata – rata perbedaan
waktunya
adalah 0.003375.
4.2 Perbandingan Pengiriman Paket Data
Setelah melakukan semua pengujian yang
telah ditentukan, akan memperoleh hasil rata – rata waktu pengiriman dan
juga selisih waktu kedua protokol.
|
Tabel 4 Rata – rata
waktu pengiriman protokol
Waktu dari hasil pengujian kedua ini masih
membuktikan bahwa
protokol routing OSPF lebih
cepat dari pada protokol routing RIP yang terlihat pada tabel 2. Pada pengiriman paket data
8000bit terlihat bahwa selisih waktu
kedua protokol routing tesebut seidikit lebih besar dari
pengiriman
paket data 4000bit. Dengan
perbedaan waktu rata – ratanya adalah 0.001875
second.
4.1.3 Pengiriman Paket Data
13000bit
Pengujian
pengiriman paket
data yang
0,35
0,30
0,25
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
4000bit 8000bit 13000bit
OSPF RIP
ketiga dilakukan dengan mengirimkan
paket data sebesar 13000bit.
Berikut adalah tabel dari
pengujian ketiga:
|
Tabel 3 Waktu pengiriman paket data 13000bit
Gambar 4 Grafik rata – rata waktu pengiriman
protokol
Dari tabel 4 dan
gambar 4 terlihat bahwa
protokol routing RIP selalu sedikit lebih
besar waktu pengirimannya dibandingkan
dengan waktu pengiriman
menggunakan
protokol routing OSPF. Saat pengiriman paket data
sebesar 4000bit protokol routing OSPF mempunyai waktu
tempuh
rata – rata
0.105 detik, sedangkan protokol routing RIP
mempunyai waktu tempuh rata – rata 0.105625
detik. Lalu pada pengiriman paket data sebesar
8000bit, protokol routing
OSPF
mempunyai
waktu tempuh rata –
rata 0.19425 detik,
|
sedangkan
protokol routing RIP mempunyai
waktu tempuh rata – rata 0.196125 detik. Pada
pengujian terakhir yang menggunakan paket
data sebesar 13000bit, protokol routing OSPF
mempunyai waktu tempuh 0.304375 detik, dan protokol routing RIP dengan waktu tempuh rata
–
rata 0.30775
detik.
|
Tabel 5 Selisih waktu pengiriman kedua protokol
Tabel 6 Waktu update routing tabel kedua protokol
0,004
0,003
0,002
0,001
0
Difference
|
003375
4000 8000 13000
Difference
Pada tabel 6 terlihat pada saat pengiriman paket data secara normal, protokol routing OSPF dan RIP mempunyai waktu tempuh yang sama yaitu 0.019 second. Lalu dilakukan pengiriman
paket data kembali denga source IP dan
destination IP yang
sama tetapi dengan menjalankan skenario pengnonaktifan salah satu router yang berada dalam rute pengiriman.
Terlihat terjadi peningkatan waktu
tempuh yang
dibutuhkan protokol routing
untuk melakukan
pengiriman paket data. Protokol OSPF
dengan waktu tempuh (trouble) yaitu 0.023 second dan
Gambar 5 Grafik selisih waktu pengiriman kedua
protokol
Pada tabel 5 dan gambar 5
terlihat selisih waktu
terbesar ada
pada saat pengiriman
paket data sebesar 13000bit yaitu 0.003375
detik. Selisih waktu
terkecil ada pada saat pengiriman
paket data sebesar 4000bit yaitu 0.000625
detik.
Pada gambar 5 terlihat bahwa grafik
terus meningkat ke atas, semakin besar
data yang dikirimkan semakin besar pula
selisih waktu
tempuh
kedua protokol tersebut.
4.3 Update Routing Tabel
Sebelumnya dilakukan
pengujian pengiriman
paket data dengan menggunakan tools PDU yang berada di sebelah kanan pada
simulator Cisco Packet
Tracer tanpa gangguan atau
tanpa dilakukan pengnonktifan dari salah satu
router yang bertujuan untuk
melihat dari kinerja protokol routing OSPF dan RIP dalam melakukan update routing
tabel. Setelah
mengetahui waktu normal dalam melakukan pengiriman paket data, selanjutnya adalah
mengulangi proses pengiriman paket data
tersebut dengan
menonaktifkan
salah satu router yang berada pada
rute pengiriman tersebut.
protokol RIP dengan
waktu
tempuh
(trouble)
0.035 second. Sedangkan
waktu yang
dibutuhkan untuk update routing
tabel protokol routing
OSPF adalah 0.004 second dan pada
protokol routing
RIP adalah 0.016. Disini dapat dilihat dengan hasil waktu
tempuh kedua
protokol tersebut bahwa protokol routing OSPF dalam
melakukan update routing
tabel lebih cepat dibandingkan protokol routing RIP.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengujian dan analisa perbandingan kinerja protokol routing OSPF
dengan protokol routing
RIP pada jaringan LAN adalam bagaiaman
perbandingan kinerja protokol routing tersebut yang diterapkan pada topologi yang telah didesain.
1. Protokol routing
OSPF
dan
RIP
cukup mudah diterapkan pada topologi yang
cukup sederhana. Pada OSPF
perlu disertakan wilcard pada network sedangkan
pada RIP tidak perlu adanya wilcard.
2. Dengan melihat selisih waktu pengiriman paket data yang dilakukan kedua protokol
routing tersebut,
terlihat
bahwa
semakin
besar paket data yang dikirimkan semakin
besar pula selisih waktu pengiriman paket
dari kedua
protkol
routing
tesebut. Ini
membuktikan bahwa protokol routing
OSPF akan lebih stabil dalam mengirimkan
paket data dengan
jumlah yang
besar.
Sedangkan protokol routing RIP
akan mengalami peningkatan yang
lebih
dibandingkan dengan protokol routing
OSPF dalam mengirimkan sejumlah paket data yang
besar. Dalam melakukan update routing
tabel yang terjadi dikarenakan
adanya perubahan rute
akibat dari penonaktifan salah
satu router, protokol OSPF mampu melakukannya
lebih
cepat dibandingkan
dengan protokol routing RIP. Ini menunjukan bahwa kinerja
protokol
routing OSPF lebih
baik
dibandingkan dengan
protokol routing RIP.
DAFTAR PUSTAKA
Agenta, Leonhard Ryand.
2016. Analisis untuk
Kerja RIP dan OSPF
pada Topologi Sederhana
dan Topologi Kompleks. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma,
2016.
Daniel. 2015. Pengertian Routing Information Protocol (RIP). http://tek- komp.blogspot.co.id. [Online] 9
2015.
[Cited: 8
1,
2017.] http://tek- komp.blogspot.co.id/2015/09/pengertian- routing-information-protocol.html.
dosenit. 2015. 8 Kelemahan dan Kelebihan
10 13, 2015. [Cited: 8 1,
2017.] http://dosenit.com/jaringan- komputer/teknologi-jaringan/kelemahan-
dan-kelebihan-static-routing.
Fatzi. 2016. Pengertian Dynamic Routing dan kelebihan-kekurangan,
serta Pengertian
Routing
Protocol dan Macam-Macamnya. http://fatzi16.blogspot.co.id. [Online]
8
2016. [Cited: 8
1, 2017.] http://fatzi16.blogspot.co.id/2016/08/penge rtian-dynamic-routing-dan.html.
[Online] 12 2012.
[Cited:
8
1,
2017.]
http://berandaku- gerry.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-
rip-igrp-ospf-eigrp-dan-bgp.html.
Gunawan. 2015. Pengertian cisco packet tracer.
https://gunawanblognet.blogspot.co.id. [Online] 9 21, 2015. [Cited: 7 25, 2017.]
https://gunawanblognet.blogspot.co.id/201
5/09/pengertian-cisco-packet-tracer-
kegunaan.html.
[Online] 4 4, 2012. [Cited: 7 26, 2017.]
/kelebihan-dan-kekurangan-rip-igrp- ospf.html.
mrizqiariadi. 2014. Pengertian Routing , Tabel
Routing & Protokol Routing. https://mrizqiariadi.wordpress.com.
[Online]
6 22, 2014. [Cited: 8 1, 2017.] https://mrizqiariadi.wordpress.com/2014/0
6/22/pengertian-routing-tabel-routing-
protokol-routing/.
PENGARUH MODEL JARINGAN TERHADAP OPTIMASI
ROUTING
OPEN SHORTEST PATH FIRST (OSPF).
Lady Silik M. 2011. 1, Bandung
: Institut
Teknologi Bandung,
2011, Vol. 1.
Performance
Analysis of RIP,
OSPF, IGRP and EIGRP Routing Protocols in a Network.
Rakheja, Pankaj; Prabhjot kaur; Anjali
gupta; Aditi Sharma;. 2012. Haryana : ITM
University, School of Engineering & Tech, Dept. of EECE,
Gurgaon, 2012,
Vol.
48.
RIP-Routing. Jaringan
Komputer.
[Online] [Cited: Juli 12, 2017.] http://www.jaringan- komputer.cv-sysneta.com/rip-routing.
Rudy. 2013.
Analisa unjuk kerja routing. http://rudy-roadtoccie.blogspot.co.id. [Online] 12 12, 2013. [Cited: 7 25, 2017.] http://rudy- roadtoccie.blogspot.co.id/2013/12/lab-5-
analisa-unjuk-kerja-routing.html.
Yuliani. 2017. PENGERTIAN CISCO PAKET
TRACER,
KEGUNAAN DAN
FUNGSINYA. http://yuliani2410.blogspot.co.id. [Online]
7 2017. [Cited:
8
1,
2017.]
http://yuliani2410.blogspot.co.id/2016/07/ pengertian-cisco-paket-tracer- kegunaan.html